Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari tapi entah mengapa mata ini belum mau terpejam. Hati dan pikiran saya letih, kantuk sudah menyerang sejak beberapa jam lalu, tapi pikiran ini masih saja bekerja dan tak mau diajak beristirahat.
Sebenarnya, saya sedang sedih, atau lebih tepatnya kecewa terhadap diri sendiri. Saya merasa sangat bersalah pada anak saya. Saya merasa gagal menjadi ibu yang baik untuk anak saya. Hiks, tanpa bisa ditahan, saya bersikap kasar padanya :'(
Saya sangat membenci sikap yang tadi saya lakukan. Entah sudah berapa kata maaf yang saya bisikkan di telinga anak saya agar ia mau memaafkan tingkah kejam mamanya. Nak, maafkan mama!
Saat menyuapinya makan malam, sudah saya katakan padanya bahwa ia harus tidur pada pukul sembilan malam agar esok pagi tidak ngantuk saat dibangunin mandi dan berangkat ke sekolah. Anak saya setuju dan mengiyakan.
Seperti yang kami sepakati, pukul sembilan kurang sepuluh menit kami sudah berada di atas ranjang dan bersiap-siap hendak tidur. Seperti biasanya, saat saya menemaninya tidur ia akan meminta saya untuk menyanyikan beberapa lagu sembari menepuk-nepuk beberapa bagian tubuhnya atau mengusap-usap bagian tubuhnya yang ia rasa gatal.
Tapi, saat melakukan itu pikiran saya terbagi. Mulut saya berdendang tetapi pikiran saya melayang pada setumpukan setrikaan yang juga menunggu untuk diselesaikan. Saya memang berencana untuk menyetrika bila anak saya sudah tidur nanti. Dan saya merasa di sinilah letak kesalahan saya. Harusnya, saat
menidurkan anak saya, saya fokus saja dan tidak usah memikirkan tumpukan setrikaan itu.
Mungkin anak saya merasakan ketidak-fokus-an mamanya, akibatnya hingga satu jam berlalu, ia belum juga memejamkan mata. Yang ia lakukan hanyalah membolak-balikkan badannya dan semakin banyak bagian tubuhnya yang terasa gatal dan meminta saya untuk mengusapnya.
Kesabaran saya mulai diuji. Beberapa menit berlalu dan tangan saya berhenti mengusap bagian tubuhnya. Saya bertanya padanya di mana ia letakkan handphone saya? Dan apa yang terjadi? Saya pergi mengambil handphone itu. Saya berhenti mengusapnya dan malah memainkan handphone. Huwaaaa, saya ibu yang kejam :'( :'( :'(
Ketika ia merasa saya tak lagi mengusapnya, anak saya meminta saya mengusapnya lagi. Tapi apa yang saya katakan padanya? "Mama malas melakukannya karena sejak tadi Wahyu gak mau tidur-tidur juga".
Jawaban yang sangat kejam kan??? Hiks, Tidak sepantasnya kalimat itu keluar dari mulut seorang ibu. Ibu macam apa saya? Baru satu jam menidurkan anak sudah tidak sanggup, padahal pegang handphone hingga berjam-jam lamanya tak pernah ada kata bosan dan letih. Sungguh saya merasa hina dan tak pantas disebut sebagai ibu.
Dan yang membuat hati saya semakin teriris dan terus diserang penyesalan bertubi-tubi adalah setelah mendengar kalimat yang saya ucapkan, anak saya langsung tertidur. Hiks, saya sungguh sangat menyesal mengapa harus berucap seperti itu. Seandainya saya bisa memutar waktu, saya pasti tak akan melakukannya. Sampai saat saya menulis ini, air mata tak juga berhenti berderai menunjukkan penyesalan yang teramat dalam.
Tapi semua sudah terjadi. Anak saya sudah terlanjur mendengar kalimat menyakitkan itu dari mulut saya, yang ia panggil sebagai mama. Rasanya ucapan-ucapan maaf yang saya bisikkan di telinganya tak akan pernah bisa menghapus kesalahan yang sudah saya lakukan padanya. Saya ikhlas (walau sedih banget) bila ada yang men-judge saya sebagai ibu yang kejam.
Maafkan mama, Nak! Sungguh tak ada niat di hati mama untuk menyakitimu dengan kata-kata kejam itu. Maafkan mama, Nak! Maafkan mama, maafkan mama.
Mama sungguh sangat menyesal dan berjanji tak akan melakukan kesalahan serupa. I love you so much my baby boy :* :*
Lakudo, 01 Agustus 2017
0 Comments
Terimakasih sudah membaca tulisan saya, jangan lupa tinggalin komennya yaa ;)